Swift

Budayakan Sensor Mandiri Sedini Mungkin

Teknologi kini sudah berkembang sangat pesat. Hal ini memudahkan kita memperoleh informasi secara cepat,contohnya saja menonton film (streaming) melalui internet. Tak perlu lagi bukan pergi ke bioskop untuk nonton film? Cukup bermodal gadget dan kuota kita dapat menikmati film yang ada di bioskop. Internet dan film memang tidak dapat dipisahkan terlalu jauh.

Dunia perfilman memang sangat luas,tak terkecuali perfilman di Indonesia. Sejauh ini, dunia perfilman bersifat publik. Maksudnya, banyak sekali tayangan-tayangan yang dipertontonkan secara bebas tanpa memandang usia. Sungguh terbayang jika tayangan tersebut disaksikan anak-anak di bawah umur. Tentu saja hal itu dapat memengaruhi perkembangan dan pola pikir mereka.

Untuk menghindari dampak buruk dunia perfilman,Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia melakukan penyensoran terhadap konten yang tak layak dikonsumsi publik,khususnya di bawah umur. Contohnya saja memburamkan adegan/konten yang berisi sadisme,menyensor kata-kata kotor,dll.

Walaupun kita memiliki hak menonton film,kita juga tidak boleh lupa bahwa harus menaati kewajiban. Demi menurunkan dampak negatif dunia perfilman,LSF menekankan untuk mulai membudayakan sensor mandiri sedini mungkin.


Apa Itu Sensor Mandiri ?
Sensor mandiri adalah sensor yang dilakukan oleh masyarakat terhadap segala bentuk tayangan. Dalam artian masyarakat harus dapat memilah-milah konten yang layak mereka tonton secara individual. Walaupun menekankan sensor mandiri,LSF juga tetap melakukan penyensoran materi tayangan yang tidak layak sebelum dikonsumsi oleh publik.

Dunia perfilman dikategorikan menjadi dewasa,remaja dan anak-anak. Setiap film yang ditampilkan di TV atau bioskop harus lolos sensor LSF terlebih dahulu. Sensor mandiri ini merupakan sikap cermat/selektif dalam memilih tontonan. Selektif dalam artian mengerti apakah yang akan ditonton mengandung unsur-unsur yang tidak layak untuk disaksikan.

Tujuan dari sensor mandiri itu sendiri adalah untuk menekan jumlah penonton di bawah umur yang belum layak menonton film-film tertentu,seperti mengandung kekerasan dan sebagainya. Usaha LSF dalam membangun dunia perfilman yang sehat memang perlu diacungi jempol. Tindakan yang diambil LSF ini memberikan dampak positif,khususnya bagi anak agar tidak mudah mencontoh apa yang mereka lihat.
Selain bertujuan agar tidak sembarang mencontoh apa yang mereka lihat,tindakan LSF ini juga bertujuan untuk melahirkan muda-mudi Indonesia yang lebih baik lagi.

Untuk dapat mewujudkan tujuan LSF,maka diperlukan dukungan dan partisipasi masyarakat secara penuh dimulai dari lingkungan keluarga. Peran orang tua sangat dibutuhkan sebagai pembimbing anak dalam menentukan tayangan apa yang akan mereka tonton. Mengingat teknologi yang semakin maju,maka memungkinkan bagi anak dengan bebas mengakses film di internet. Orang tua harus mengawasi kegiatan tersebut agar anak tidak tersesat dalam dunia internet. Jika perlu,orang tua bisa menggunakan internet positif untuk melindungi dari konten berbahaya. 
Tak selamanya orang tua bisa mengawasi anak,maka dari itu perlu untuk membekali anak dengan pengetahuan,arahkan mereka dalam memilih konten tontonan.

Semua usaha yang dilakukan LSF untuk memperbaiki bangsa memang sangat luar biasa. Dan hasilnya tergantung masyarakat itu sendiri. Akan percuma apabila penekanan terhadap sensor mandiri sudah sangat menggebu namun masyarakat tidak memiliki kesadaran diri.

Similar Post

0 komentar